Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

˚ ·      ⋆


Dengan tergesa ia melajukan motor membelah jalalanan Tokyo. Surai panjang yang terikat meliuk bersama angin. Sesekali ia berdecak.

Sudah lebih dari waktu yang dijanjikan, Baji Keisuke terlambat menepati waktu temu.

Kesalahannya memang tidak bisa di tolerir, tapi setidaknya waktu keterlambatan tidak terlalu membengkak.

Begitu sampai didepan taman, ia langsung memarkirkan motor sembarangan. Tanpa melepas Helm berlarian mencari teman temunya hari ini. Walau napas terengah, Keisuke tidak peduli.

"Telat 35 menit."

Kelegaan melahirkan senyum diwajah Keisuke. Syukurlah teman temunya masih setia menunggu. "Maaf, tadi ada urusan mendesak."

"Touman?"

"Ya begitulah." Senyum kikuk mengakhiri kalimat. "Sekali lagi aku minta maaf." Kali ini Keisuke membungkuk 60 derajat, tidak ada niatan untuk mengangkat wajah sebelum permintaan maafnya diterima.

Helaan napas menggelitik telinga Keisuke, membuatnya penasaran.

"Kau pikir aku ini siapa sampai harus marah pada hal seperti inu," ucapnya. Tersurat jelas kekesalan. Namun bukan untuk keterlambatan pemuda. "Angkat wajahmu, nanti orang akan Salah paham."

Keisuke menurut begitu saja. Raut gondok gadis dihadapannya justru terlihat imut. Tapi akan fatal kalau ia utarakan. Mungkin kepalanya akan dihiasai dua atau satu benjolan menyedihkan.

"Aku tidak akan marah Baji. Karena saat aku memutuskan untuk menerima pernyataan cintamu, aku sudah tahu resikonya."

Untuk kesekian kalinya, Keisuke terpesona dengan jelita. Sungguh ia merasa menjadi lelaki yang paling beruntung karena menerima ketulusan itu.

"Jadi, hari ini kita akan kemana?" tanya sang gadis, membuat Keisuke ditarik dari dunianya.

"Hah, kupikir kau sudah memutuskannya."

"Yang mengajak kan kau!"

Pemilik surai selegam malam tak berkutik. Benar juga sih. Dia yang tiba-tiba mengajak sang pacar. Kebingungan, ia menggaruk kepala yang sama sekali tidak gatal.

"Kalau begitu bagaimana kalau ajak aku berkendara menaiki Goki-mu. Sudah lama aku tidak menaikinya."

Senyum gadisnya bak magnet yang mampu menarik senyum Keisuke. "Mau pergi kemana?"

Jelita mengendikkan bahu. "Entahlah, aku hanya ingin berkendara bersama Baji."

Senyum kian melebar. Sekali lagi, Keisuke ingin mengklaim bahwa dirinya memang lelaki yang paling beruntung. "Kalau begitu, ayok!"

☄. *. ⋆

Sudah sekitar 6 bulan [Full name] dan Baji Keisuke menjalin Asmara. Tak ada satu pun yang berpikir mereka akan mencapai titik itu. Ditambah lagi, kehidupan yang berbeda 180 derajat antara keduanya.

[Name] hanya siswi biasa yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia berandalan. Sedangkan Keisuke, merupakan ketua devisi satu Touman, geng motor yang disegani.

Pertemuan mereka juga terbilang unik. [Name] yang sedang berjalan tidak sengaja tertampar rambut panjang Keisuke. Awal dari segala percekcokan mereka. Dan setiap kali bertatap muka, selalu berakhir dengan adu mulut. Hubungan mereka perlahan mulai menjadi lebih dekat tentunya dengan artian sebagai teman adu mulut. Tapi siapa sangka, lambat laun Keisuke menyimpan rasa untuk puan.

Suatu hari Keisuke memutuskan untuk menyatakan perasaan. Ia sudah siap menelan pil pahit dari keputusannya. Tapi sebagai lelaki sejati, ia tidak bisa mundur.

Masih segar di ingatannya, kala itu sudah masuk musim gugur. Udara dingin membuatnya makin gugup tapi Keisuke tetap berdiri tegap.

Dengan lantang ia mengutarakan semua isi hati. Sungguh ia tidak berharap pujaan hati akan langsung memberi jawaban. Tapi rupanya dewa sudah mengaitkan benang merah pada mereka. Dengan senyum hangat di cuaca dingin, [Name] membalas perasaan Keisuke Baji.

Hingga saat ini, lika-liku hubungan mereka masih berlanjut.

Baik Keisuke maupun [Name] keduanya begitu menikmati kebersamaan mereka. Walau sering beradu mulut, tapi hubungan romansa mereka sangat sehat dan suportif. Keisuke yang selalu mendukung [Name] dengan kehidupannya. Dan [Name] yang selalu maklum juga memberikan saran tentang jalan hidup Keisuke sebagai brandalan. Keduanya selalu mencoba saling mengerti dan melengkapi, membuat mereka menjadi susunan puzzle yang utuh. 

"Baji?"

"Hm?"

"Kita di Yokohama."

Seketika Keisuke menghentikan motornya. Aroma angin laut yang menuntunnya tanpa sadar. Membangkitkan kembali memori lama yang tersimpan baik dalam benaknya. Ada perasaan aneh yang bergemeruh namun tidak bisa ia jelaskan.

"Baji?"

"Berhenti sebentar sambil melihat laut, tidak apa-apakan?"

Jelita turun dari kendaraan beroda dua, melepas helm lalu berjalan sedikit menjauh dari motor. "Jadi, dulu ini tempat yang pernah kau kunjungi dengan Mikey dan yang lainnya?"

Keisuke berdiri tepat dibelakang gadisnya. Kedua tangan dimasukan kedalam saku jaket sementara dagunya bertumpu diatas kepala sang kekasih. "Ya. Indah bukan pemandangannya."

"Hm, tidak terlalu buruk."

"Hey jujur saja."

"Aku jujur kok."

"Dasar." gemas, ia cubit pipi tirus kekasih hati. "Perasaan ku saja atau kau jadi lebih tirus."

"Serius aku jadi lebih tirus?"

"Kau diet?"

"Yup!"

Kali ini kedua tangan Keisuke beralih mendekap [Name]. Toh tidak ada banyak orang yang berlalu lalang disekitar sini. "Kenapa harus diet segala, kalau terlalu kurus tidak enak untuk di peluk."

Sebagai balasan, jelita memberikan cubitan pada lengan Keisuke. Namun pemiliknya terlihat enggan melepaskan pelukan.

"Sebentar lagi ada acara keluarga aku hanya tidak ingin mendengar celotehan bibi yang bawel."

"Oh begitu." Ia tahu betul bagaimana menyebalkan bibi yang dimaksud [Name]. Entah kerasukan apa, beliau selalu mencari celah agar bisa membandingkan [Name] dengan anaknya. "Jangan terlalu memaksakan diri untuk memenuhi ekspetasi orang. Hidup saja sesuka hatimu."

Mendengarnya jelita tertawa geli. Membuat Keisuke mengernyit heran.

"Kata-kata yang sangat cocok untuk Baji."

Alih-alih membalas dengan kata, Keisuke justru tertawa kecil.

Untuk sementara waktu, keduanya tidak lagi membuka suara. Tetap diam dalam posisi yang sama. Membiarkan harmoni musik camar, angin, dan ombak bersatu menenangkan jiwa.

Namun lambat laun, gadis dalam dekapan menjadi resah. Ketenangannya tidak bertahan lama saat mengingat perkataan kekasihnya tempo hari. Resah itu yang akhirnya mendorong [Name] merusak hening dengan memanggil Keisuke menggunakan suara lemah sarat akan sendu.

"Baji..."

"Ya?"

"Kau yakin soal hal itu?"

"Ya."

"Jujur, aku takut kau terluka."

Tawa jenaka kembali mengudara. "Kau pikir aku ini siapa."

"Keisuke Baji, kapten devisi satu Touman."

"Kalau kau tahu, harusnya kau paham."

"Baji... Kalau kau merasa lelah dan tidak sanggup, tidak apa, berhenti saja." kedua tangan mungilnya menyentuh tangan yang mendekap erat tubuhnya. "Yah walau mustahil kau akan mundur. Mengingat betapa berharganya Touman dan bagaimana sifat mu itu."

Lagi, Keisuke tertawa. Agak berbeda dengan tawa sebelumnya, terdengar seperti ironi. "Yah maaf ya kalo aku begini."

"Tidak usah minta maaf. Aku sudah tahu sedari awal kalau aku tidak bisa menjadi prioritasmu."

"Maaf ya."

Tanpa peringatan, jelita membalas dekapan tersebut. Bahkan ia mendekap Keisuke lebih erat. "Setidaknya janji padaku kalau kau tidak akan terluka."

"Hey, bagaimana bisa. Kehidupan seorang brandalan tidak terlepas dari pertarungan tahu--"

"Kau kan kuat, jadi kalahkan mereka tanpa terluka."

Senyum kembali merekah diwajah rupawannya. Sudah tiga kali ia mengklaim bahwa dirinya merupakan pria paling beruntung didunia ini. Tapi Keisuke tidak akan pernah bosan untuk mengakui hal tersebut. Karena dia memang seberuntung itu bisa mendapatkan [Full name].

"Ya, aku janji."

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

Hola...
Ceritanya mungkin bakal angst

Dan ini kali pertama aku bikin cerita genre angst pertama kali juga aku terjun ke fandom ini hehehe...

Ya... Semoga kalian menyukai book ini :)

𝒟𝒶𝓃𝒹𝑒𝓊𝓁𝒻
13 februari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro